Aku ingin menjadi istrimu, tulis gadis itu.
Kulipat kembali surat itu. Surat yang telah kusam karena telah terlalu sering kubaca. Bahkan aku masih hafal semua kalimat dalam kertas biru itu. Aku percaya pada apa yang kulakukan dan tak peduli bila terkesan aku yang melamarmu. Lagi pula apa salahnya meminta pria berbudi menjadi suami? Maka, Agam, sudikah?