Category Archives: Cerpen

Perempuan Kata-Kata (Cerpen)

Setiap kali bangun tidur di pagi hari, gadis itu akan selalu menemukan seorang pria mengasah belati di ujung tempat tidurnya. Pria yang sama, dengan gerakan yang sama. Mata mereka akan saling menatap sesaat, lalu pria itu akan meneruskan mengasah belatinya, tanpa berkata sepatah kata pun. Ia muncul  begitu saja, dan seperti biasa, lelaki itu akan pergi tiba-tiba juga, entah keluar lewat pintu atau jendela yang mana.

Continue reading

2 Comments

Filed under Cerpen, Karya

Signet Ring Cell

(Silfy Amelia Achtar, Finalis Lomba Menulis Pengalaman ‘Aku dan Kisah Ketika Mas Gagah Pergi’)

923549_10200321391489875_1431057448_n
Rabu, 13 Juni 2012
Masih hangat.
Harumnya sedikit tertinggal.
Paras cerah dengan senyum hening.
Ya, itu air mata. Menitik di sudut matanya.

Selamat tinggal, Mas Gagahku.

Semi
“Hidup kamu tuh benar-benar seperti fairy tale ya, Mel.” Siang itu Miss Suci memulai percakapan dengan kalimat yang mau tidak mau membuatku memalingkan pandanganku dari monitor laptopku. Kami berdua harus mengumpulkan naskah soal Ujian Semester Ganjil sebelum pukul empat sore.

“Fairy tale bagaimana maksudnya, Miss?” tanyaku dengan dahi mengernyit.
klik selanjutnya

4 Comments

Filed under Cerpen, Jurnal, Lainlain, Sketsa

Ketika Kang Ilham Datang

(Irfan Fauzi, Finalis Lomba Menulis Pengalaman ‘Aku dan Kisah Ketika Mas Gagah Pergi’)

418205_238604262894955_1884405685_n

Mas, ada kajian ilmu aqidah, ustadznya lumayan bagus. Malem ini habis isya. Ikut ya.
Sore jam tiga lebih kubuka SMS. Teman baruku penjual minyak wangi. Aku abaikan pesan itu. Ah malas, lagi pula nanti malam ada acara bakar-bakaran ikan. Lebih asyik, lebih seru. Aku membatin.

Hidupku biasa saja. Mirip kebanyakan orang. Bergaul, ngobrol, jalan-jalan. Kadang juga ikut pengajian, cuma buat variasi kegiatan saja sebenarnya. Namun hari-hari ini mengaji sedikit menyedot perhatian. Awalnya, aku hanya ikut ngaji di mushala, atau kalau ada hari besar Islam. Itu juga sambil nyambi pasang tampang, barangkali ada cewek ngelirik.

“Kalau ngaji ya baiknya rutin, Mas. Biar ilmunya tetep keinget,” kata teman baruku itu, namanya Ilham, aku manggilnya Kang Ilham karena ia lebih dewasa dua tahun dariku, usianya 24 tahun.

“Ya sih, Kang, tapi males. Paling-paling ngebahas, sholat, wudhu, puasa. Itu mah aku udah hafal.” kataku agak santai, sekedar jawab.

klik selanjutnya

2 Comments

Filed under Cerpen, Jurnal, Lainlain, Sketsa

Dengan Ceritamu, Terbukalah Hidayah Bagi Orang yang Kucintai

1040347_536585029710166_1823068228_o

( Oleh: Ratna Kushardjanti, Finalis Lomba Menulis Pengalaman “Aku dan Kisah Ketika Mas Gagah Pergi”)

 

Perkenalkan saya, Helvy (maaf, saya lebih suka memanggilmu dengan nama ini dan bukan nama panggilanmu yang kubaca di profilmu). Panggil saya, Ratna. Saya sudah mengenalmu sejak lebih dari dua dekade lalu. Sejak cerpen-cerpenmu sering saya baca di Majalah Annida, salah satu majalah Islam yang dengan semangat ikut saya pasarkan kepada teman-teman di kampus maupun adik-adik SMP dan SMA binaanku. Namun tentu saja engkau tak merasa mengenalku. Tetapi, aku bersama ratusan bahkan mungkin ribuan penggemarmu selalu punya alasan untuk merasa dekat denganmu.

klik selanjutnya

1 Comment

Filed under Cerpen, Jurnal, Lainlain, Sketsa

JAE

REVISI_KMGPSupport2

Lelaki muda kurus itu berusia sekitar 22 tahun. Mungkin bagi kita ia bukan siapa siapa. Ia datang dari sebuah desa di Brebes. Suatu masa ia pernah membaca buku saya Ketika Mas Gagah Pergi. Entah mengapa ia merasa tokoh Mas Gagah itu mengikutinya terus. Pertama sebagai bayangan, lalu sebagai mimpi yang tak sudi berhenti, bahkan tiba-tiba muncul sebagai tunas dan tumbuh dalam dirinya. Ya, Mas Gagah tak pernah mau pergi dari benak, terus menancap sampai ke batinnya.

klik selanjutnya

Leave a comment

Filed under Cerpen, Jurnal, Kabar, Karya, Lainlain, Sketsa

Cahaya dari Kaki Gunung Gamalama sampai ke Tanah Viking Norwegia Untuk Sang Gadis Pengungsi (Juara III Lomba Menulis Pengalaman ‘Aku & Kisah KMGP’)

 (Raidah Athirah)

Screen Shot 2014-09-21 at 7.07.28 AM

Tujuh belas tahun silam, aku dan keluarga memutuskan untuk mengungsi ke tanah Maluku Kie Raha, Ternate meninggalkan tanah lahir Pela dan Gandong yang kala itu berada dalam kecamuk duka dan airmata akibat konflik SARA .

Perih membuka ingatan akan tragedi kemanusian yang memilukan.Terlampau perih, hingga seluruh tubuh terasa bergetar. Aku seperti berjalan ke masa lalu melihat darah dan tubuh-tubuh yang berserakan. Bunyi dentuman , gedung-gedung yang terbakar dan teriakan ketakutan terkadang muncul dalam ingatan. Hidup terisolasi dalam asrama 733 Ambon memunculkan putus asa, sampai kapan?

Saat itu aku telah memasuki masa remaja, berseragam putih biru. Konflik yang berkecamuk telah melahirkan ribuan anak putus sekolah. Aku berada dalam deretan angka itu. Kegilaanku pada pendidikan hampir membuatku tak waras. Tingkahku yang selalu duduk termenung dan bertanya kapan aku bisa kembali sekolah. Atas inisiatif almarhum Bapak, kami akhirnya menumpang kapal ke Ternate ketika masa konflik mulai mereda.

klik selanjutnya

Leave a comment

Filed under Cerpen, Kabar, Lainlain, Sketsa

Kata Bapak, Jangan Baca Novel! (Juara II Lomba Menulis Pengalaman ‘Aku & Kisah KMGP’)

(Dede Cep Habibillah)

922664_567210823302353_514462546_oSemua bermula saat aku terlihat masih segar dengan seragam putih biru. Saat SMP dimana pita suara terkoyak dan suara terdengar nge-bass. Saat dimana ketertarikan pada si pemilik jilbab biru muda mulai muncul meletup-letup. Disinilah kadang aku merasa butuh tempat teduh dari sengatan panasnya lingkungan yang membahaya. Sosok yang bisa jadi panutan untuk dicontoh sangat dibutuhkan, yaitu sosok muda yang religius, cerdas, penuh empati, yang berani, punya karisma. Tapi sayang, sosok pemuda teduh yang dapat kujadikan contoh itu tak mewujud di sekitarku.

Tidak banyak anak menghabiskan waktu berdiskusi dengan Ayahnya. Berbeda dengan aku. Aku sangat suka berdiskusi terkait apapun dengan pria berkacamata yang kupanggil Bapak. Bapakku adalah sosok yang peduli, humble dan suka sekali bercanda. Aku sangat menyukai sikapnya yang selalu tampil apa adanya.

klik selanjutnya

1 Comment

Filed under Cerpen, Jurnal, Kabar, Lainlain, Sketsa

Bertahanlah Seperti Mas Gagah! (Juara I Lomba Menulis Pengalaman ‘Aku & Kisah KMGP’)

(Mia Cisadani, Juara I Lomba Menulis Pengalaman: Aku dan Kisah KMGP)
15310594_1115420785241472_1272545433_nAktif mengikuti kegiatan sosial mungkin ditularkan orang tuaku. Meski di perantauan, kebiasaan itu masih sering kujalani. Dari kegiatan sosial itu aku menemukan pengalaman batin yang luar biasa. Sudah memasuki tahun ke dua, aku menjadi sukarelawan di Lembaga Pemasyarakatan untuk mendampingi narapidana anak-anak. Ya, Lembaga Pemasyarakatan adalah istilah halus untuk menyebut penjara. Mendengarnya saja membuat kita bergidik ngeri. Awalnya pun aku berpikir demikian.

Maraknya tindakan kriminal yang melibatkan remaja, cukup membuat hatiku miris. Mulai dari perkelahian, pencurian, asusila bahkan sampai pembunuhan. Ya Allah.. Salah siapakah ini? Murni salah anak-anak itu kah? Atau mereka juga sebenarnya korban? Korban pendidikan yang hanya berpatokan dengan angka-angka pada buku raport, tapi miskin dengan pengembangan budi pekerti, korban ketidakadilan, korban broken home, atau korban pergaulan bebas.

klik selanjutnya

Leave a comment

Filed under Cerpen, Jurnal, Kabar, Lainlain, Sketsa

Seorang Abang Abadi Bernama Mas Gagah

10947212_954146751263091_3015251713133035081_n

1992

“Gila! Saya belum pernah baca karya remaja seperti ini! Bukan saja membuat saya menangis, tapi Anda telah menggugah saya dengan nilai-nilai keislaman di dalamnya! Ini cerita yang luar biasa! Ditulis oleh anak muda pula!” wajah Pak Ismail Marahimin, Dosen Penulisan Populer itu, berseri.

Saya bengong.

Sejak tadi saya sudah berdebar-debar kenapa dosen yang selalu tampak serius dan dijuluki kawan-kawan “killer” itu memanggil saya ke ruangannya.  “Saya ingin bicara dengan Anda!” katanya. Padahal biasanya semua tulisan mahasiswa ia “bantai” di kelas dan dibagikan setelah diberi nilai berupa titik. Satu titik, dua titik, atau yang bagus serupa nilai A: tiga titik.

“Mas Gagah. Darimana ide cerita ini?” Dosen Jurusan Sastra Inggris itu memandang saya sambil menurunkan sedikit kacamata yang dipakainya. Di tangannya naskah sepanjang 12 halaman yang saya ketik dan saya kumpulkan pekan lalu untuk memenuhi tugas kuliah mingguan dari beliau.

klik selanjutnya

17 Comments

Filed under Cerpen, Jurnal, Karya, Lainlain, Sketsa

Patungan Bikin Film KMGP, yuk!

004Pengin banget bikin filem buat anak muda, yang indah, menggugah dan menyatukan ummat serta bawa berkah bagi Indonesia ;’).
Mau dukung kan?
klik selanjutnya

2 Comments

Filed under Acara, Agenda, Cerpen, Jurnal, Kabar, Lainlain