Detos 21, Margonda, Depok. Siang, 30 Desember 2014, saya terpana melihat kerumunan orang mengantri tiket nonton film “Assalamualaikum Beijing”. Ya, hari itu merupakan pemutaran perdana film tersebut di bioskop.
“Sejak pkl 11.00, mbak, saat kami baru buka!” ujar salah satu satpam di sana. Saya lirik penanda waktu di tangan saya. Pkl 13.00. Antrian masih panjang.
“Nonton film jam berapa, mbak?” Tanya saya pada salah satu gadis berjilbab pink yang tengah mengantri.
“Tadinya mau nonton yang jam 13-an, Mbak. Tapi tiketnya habis. Yang jam 15.05 juga sudah habis. Ini ngantri yang jam 17.00.”
“Kok mau ngantri begini?”
“Iya, Mbak. Nggak sabar nonton filmnya. Nanti biar jalan-jalan dulu deh. Yang penting sudah dapat tiket dulu!” katanya mesem.
Assalamualaikum Beijing merupakan novel karya Asma Nadia yang ditulisnya tahun 2012. Novel ini mengisahkan tokoh Asma yang terpaksa membatalkan pernikahannya sehari menjelang hari H karena calon suaminya: Dewa mengkhianatinya. Asma lalu menerima tugas sebagai penulis kolom di Beijing. Bersama sahabat setianya Sekar dan suami Sekar (Ridwan), Asma menikmati tugas barunya di Beijing dan berusaha melupakan Dewa. Hingga pada suatu hari muncul Zhong Wen, lelaki sederhana dan tulus yang menceritakan padanya tentang Ashima, sebuah legenda Yunan, Cina. Namun sayang, Asma kemudian mengalami sakit APS (Anti Phospolipid Syndrome) yang cukup parah, yang bisa mengakibatkannya stroke, lumpuh hingga kehilangan penglihatan. Asma lalu pulang ke Indonesia tanpa memberitahu Zhong Wen apa yang terjadi dan berusaha melupakan Zhong Wen. Zhong Wen yang ingin menjadikan Asma sebagai istrinya kemudian menyusulnya ke Indonesia.
Ada banyak hal menarik tentang novel Assalamualaikum Beijing (selanjutnya disebut AB) terkait penulis dan teknik kepenulisannya. Yang pertama adalah bahwa beberapa bagian dalam cerita merupakan potongan-potongan yang dialami Asma Nadia selaku penulisnya. Misalnya perkenalannya dengan Mark Wu yang banyak membantunya saat di Beijing, termasuk memperkenalkan Asma pada legenda Ashima, tahun 2008. Perkenalan ini terjadi dengan cara yang serupa benar adegan Zhong Wen dan Asma di bus. Namun tentu saja Mark Wu bukan Zhong Wen, dan Asma Nadia bukanlah Asma dalam novel tersebut. Nama Zhong Wen sendiri diberikan oleh Putri Salsa (Caca), anak Asma Nadia, saat sang ibu membuat novel tersebut. Konon Zhong Wen berarti “yang terpelajar”. Tokoh lain, misalnya Sunny, juga merupakan tokoh nyata dengan nama sebenarnya. Sunny adalah seorang gadis cerdas asal Beijing yang menguasai empat bahasa dan pernah menemani perjalanan Asma Nadia di Beijing.
Hal menarik lainnya, “Asma” dalam novel tersebut justru ditemukan penulisnya sebelum ia bertemu Mark Wu, tahun 2005; seorang muslimah pengidap penyakit langka: APS (Anti Phospolipid Syndrome), penyakit sindrom kekentalan darah yang beresiko stroke, keguguran berulang kali, lumpuh, buta, dan lain sebagainya. Namun dalam kondisi demikian ada seorang lelaki tulus yang kemudian melamar perempuan tersebut menjadi istrinya. Jadi tokoh Asma dalam cerita benar-benar ada. Sosok ala Zhong Wen juga bukan fiktif semata.
Hal menarik ketiga, dari berbagai “puzzle” kisah tadi, Asma meramunya dengan apik dalam novel AB. Asma melakukan riset tentang latar peristiwa dan sejarah muslim di Cina, tentang penyakit APS, dan lain sebagainya. Tak berhenti di situ, ia juga menggunakan teknik penulisan berbeda terkait penggunaan point of view (sudut pandang) tokoh utama (Ra dan Asma). Sebagai pembaca kita baru tahu bahwa Ra dan Asma merupakan satu tokoh baru menjelang akhir cerita. Keping-keping peristiwa disebar dalam novel dengan alur yang tarik ulur- maju mundur, penggunaan flash back, sebagaimana cerita yang dimulai dengan in medias res. Cantiknya lagi, novel ini membuka tiap bab-nya dengan semacam quote, kutipan kata-kata bermakna yang diksinya indah dan langsung mengena ke hati pembaca. Kutipan-kutipan tersebut menjembatani pembaca masuk ke tiap bab-nya.
Saat membaca novel ini pertama kali, saya sudah melihat novel ini sangat filmis. Adegan-adegan yang dikisahkan penulisnya langsung terbayang di layar benak saya. Bagaimana penulis mengaitkan tokoh utama “Asma” dengan legenda patung “Ashima” merupakan suatu kecerdasan, nilai tambah, yang saya tunggu sekali visualisasinya di film.
Mari Menonton Assalamualaikum Beijing!
Saat tahu AB akan difilmkan saya betul-betul menanti tayangan ini. Saya mereka-reka, sanggupkah Maxima Pictures memproduksi ini menjadi film istimewa? Apakah karakter para pemainnya akan kuat? Apakah setting akan sesuai? Bagaimana dengan penggunaan bahasa? Lalu apa yang akan terjadi dengan nilai-nilai Islami yang berserakan di dalam novelnya? Akan ada atau malah dihilangkan atas nama komersialisme? Bagaimana sutradara menyiasati unsur Islam dan romantisme sekaligus dalam film ini?
Saya dan suami menyaksikan premiere film ini 26 Desember 2014. Sungguh, saya bukan orang yang mudah terkesan, malah cenderung nyinyir terhadap hal-hal yang menurut saya tidak pada tempatnya.
Ya, saya sangat selektif dan “bawel” terhadap film-film Indonesia. Begitu pula suami. Saya bisikkan ke telinga suami, “Mas ingat, kita menonton film ini sebagai penonton. Bukan sebagai bagian dari keluarga besar penulisnya.” Suami saya seorang konsultan media yang kerap lebih nyinyir dari saya berkata. “Ya, bila bagus kita dukung. Bila buruk, kita tidak akan mengajak seorang pun untuk menontonnya. Itu pasti!” jawabnya.
Alhamdulillah ternyata film AB bagus dan baik untuk dinonton berbagai kalangan! Semuanya tergarap baik; mulai dari para pemain yang berkarakter—Morgan Oey, maafkan semula saya sempat berprasangka buruk tentang aktingmu sebagai Zhong Wen! Revalina S. Temat sungguh tepat memerankan sosok Asma. Ibnu Jamil berperan sangat baik sebagai Dewa. Laudya Chintya Bella serta Desta memiliki chemistry luar biasa sebagai pasangan suami istri kocak sahabat sejati Asma.
Sinematografi film ini juga bagus, kita diajak menjelajahi tempat-tempat indah di Beijing. Namun menariknya, penonton tak sekadar diajak “jalan-jalan”, karena semua tempat yang disinggahi terkait erat dengan cerita, bukan sekadar tempelan!
Kutipan kata-kata indah dalam novel dimunculkan sutradara melalui perkataan para tokoh, serasa menancap di benak penonton, semisal: “Cinta itu menjaga, tergesa-gesa itu nafsu belaka.” Atau perkataan Asma pada Dewa: “Jangan kau sandingkan nama Tuhan dengan kebohongan!” Atau kutipan: “Bila tak kau temukan cinta, biar cinta menemukanmu.” Dan yang akan paling diingat penonton: “Cinta sempurna itu ada, dan tak perlu fisik sempurna untuk bisa memiliki kisah cinta yang sempurna.”
Beriringan dengan kalimat-kalimat penuh makna, banyak sekali nilai dalam film ini yang disampaikan tanpa menggurui, bahkan dengan kelakar, tapi terasa “jleb” kalau kata anak muda sekarang. Soal adab pergaulan muslim-muslimah, tentang kesabaran, kesetiaan, cinta, perjuangan dan kedekatan pada Allah semua dikemas menjadi sesuatu yang menyenangkan saat sampai pada penonton.
Riset tempat dan historis yang dilakukan Asma Nadia dalam novel digarap lebih jeli lagi oleh penulis skenario Alim Sudio, dan sutradara Guntur Soeharjanto yang sebelumnya menyutradarai film “99 Cahaya di Langit Eropa” dari novel Hanum Rais.
Tak sampai di situ, riset yang sangat memadai tentang penyakit APS menambah kualitas film ini. Biasanya saya kesal bila di film Indonesia ada tokoh yang sakit, ada rumah sakit, karena digarap sekadarnya. Tapi dalam AB semua sangat informatif dan logis, bahkan terkait penyakit APS dalam film ini mendapat banyak tanggapan simpati dari sebagian dokter yang menonton.
Soundtrack film ini berjudul “ Moving On” dibawakan oleh Ridho Irama dalam nada dan nuansa yang sangat pas dengan filmnya.
I’ll be over you
I’ll praying for your happiness
And i~ I am gonna start to move
I am gonna start to move
Moving on, Moving on, Moving on
Moving on, Moving on, Moving on
Jadi deh, ini film yang benar-benar bikin “move on”, insya Allah.
Oh ya, lagu penutup film berjudul sama: Assalamualaikum Beijing diciptakan dan dinyanyikan Asma Nadia (bukan dalam film melainkan dalam CD, Album: Catatan Hati Asma Nadia).
Komentar Mereka Tentang Film AB
Dalam twitnya Ibu Elly Risman (@ellyrisman)seorang psikolog dan pakar parenting menulis: Tepuk tangan menggema di Theater XXI Epicentrum begitu film Assalamualaikum Beijing berakhir. Film apik sangat layak tonton bagi anak praremaja Anda. Asma Nadia mengemas indah dalam AB keteguhan iman, kisah cinta yang unik & menyentuh dengan sejarah Islam di China. Asma juga menyindir dengan cara yang lucu kegandrungan remaja terhadap budaya Korea yang bikin penonton tertawa tawa.
Ustadz Yusuf Mansyur turut merekomendasikan film ini. “Film ini bagus. Banyak penonton pada nangis,”
Oki Setiana Dewi memberi film ini nilai 99,9 dari 100. “Bagus, indah dan penuh hikmah,” ujarnya. “Harus nonton!”
Artis lain, Ozzy Syahputra berujar, “ Tadinya saya kira ini film jalan-jalan. Ternyata ceritanya bagus sekali. Latar Cina-nya bukan tempelan tapi memang kuat mempengaruhi jalan cerita. Akting pemainnya bagus-bagus. Top!”
Dr. Indra Gunawan Affandi, residen neurology/saraf di facebooknya menulis: “Alhamdulillah dalam Assalamualaikum Beijing, mbak Asma menyelipkan edukasi tentang faktor resiko baru stroke, terutama stroke di usia muda. Semoga ini menjadi langkah awal sinematografi ilmu kedokteran.”
Muhammad Arfian, seorang doktor lulusan Jepang yang nonton beserta keluarga menyatakan film AB sangat bagus, terutama bagi remaja yang tengah dilanda cinta monyet. “Film ini mengajarkan tentang cinta yang bertanggung jawab.”
Sementara itu, Meyda Sefira, salah satu artis KCB mengatakan: “Bagus banget! AB tontonan wajib bagi kita yang sedang mencari cintaNya!”
Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heriawan, bahkan mengadakan nonton bareng di Ciwalk XXI 1 Januari 2015. Menurutnya ini film yang menarik, indah, menyentuh, menggugah dan patut ditonton oleh banyak kalangan, terutama para remaja. Banyak nilai yang disampaikan tanpa menggurui. Ini senada pernyataan Mustafa Kamal, anggota DPR RI. “Saya menangis juga nonton Assalamualaikum Bejing, karena mengharukan dan penuh makna, menghasilkan perenungan. Riset dalam filmnya sungguh-sungguh, latar budaya dan historisnya kuat. Bukan sekadar kisah cinta, namun hikmahnya banyak. Harus nonton!” tambahnya.
“Film AB ini berbeda. Saya salut dengan keberanian visualisasi film Assalamualaikum Beijing. Ia mendekatkan tiga narasi sekaligus: Islam, Indonesia dan Cina,” tutur politikus: Fahri Hamzah. Menurutnya film ini berpotensi membawa dialog Islam-Indonesia-Tionghoa dalam khazanah yang lebih tulus.
Apakah film ini aman ditonton anak SD misalnya? Seorang anak kelas 6 SD lewat akun saudaranya, @febynahumarury usai menonton AB berkata: “Film ini bisa jadi bekal aku bahwa cinta itu tidak perlu pacaran…Dan cinta tak perlu fisik yang sempurna tapi perlu iman dan cinta yang tulus. Tapi cinta pertama harus kepada Allah, kepada para rasulNya dan orangtua.”
Jadi tunggu apalagi?
Yuk segerakan nonton Assalamualaikum Beijing bersama keluarga!
Kalau bukan kita yang dukung film bermutu, siapa lagi?
NB: Nilai film 4,5/5
kami menunggu “ketika mas gagah pergi” bisa segera difilmkan jg 😀
smg sukses mbak helvy
Izzul terimakasih dukungannya ya :’)
aku gak percaya cinta kilat! hehehehe, Asma mewakili apa yang ada di benakku, bunda… aku speechless di adegan itu. 100% aku banget. efek trauma, sepertinya.
tapi aku gak kapok buat nonton. 🙂
next, giliran Mas Gagah! 😉
Hahaha. Iya Diana. Makasih supportnya say 😀
Tambah penasaran ingin nonton. Doakan aku segera bisa nonton juga ya, Mbak :))
Euisry Noor, ayo buruan nonton. Ajak keluarga dan teman-teman ya ^^
Pertama kali novel AB masih proses cetak, aku udah ngincer banget banget soalnya habis patah hati hahaha dan setelah baca memang bisa buat move on dan recovery, sekarang gak nyangka bisa difilmkan. Sukses Mbak Asma
Makin penasaran, daku harus nonton ^_^ trims reviewnya Mbak
Sama2 Nurul. Selamat nonton yaaa^^
Saya baru akan nonton. Setelah baca tulisan mbak Helvy jadi makiiin pingin nonton 😀
Ruri: alhamdulillah. Awas, ntar pengin nontonnya juga bisa nambah lho ^^
salah saya sendiri, karena nggak sempat baca buku, sebelum nonton filmnya, tapi semoga sama bagusnya. Pengen nonton lagi setelah baca tulisan mbak HTR.
Buku dan filmnya sama2 bagus. Punya kekuatan masing2 🙂
Di Aceh gak ada bioskop Mbak 😣 Moga ntar dapat kesempatan untuk nontonnya ya
Aaamiiin. Tetap semangat! ^^
Senang skali kalau ada banyak film yg bs menjadi tuntunan bagi para remaja bukan hanya sekedar tontonan,apalagi tontonan yg merusak mental remaja kita,ayo lbih semangat lagi buat Para Penulis Muda Muslimah utk berkarya termasuk buat mba Helvy,niatkan jihad bersenjatakan Pena.
Susi, terimakasih. Mari kita dukung film2 bermutu agar para produser film nggak memproduksi film2 hantu dan seks atau yang ga jelas. Insya Allah kita bisa. Tonton Assalamualaikum Beijing, bawa keluarga dan kawan sebanyak banyaknya, ceritakan keindahan dan manfaatnya. Insya Allah film berkualitas yg bisa jadi tuntunan seperti ini akan lebih banyak diproduksi. Aamiin
Mantap. gak sabaran mau nonton ne. 🙂
Disegerakan, Mas Darman. Ajak keluarga dan kawan2 🙂
udah nonton mbaaaa…….
semoga pemeran Cung cung ..sama ama perannya ya
menemukan Hidayahnya dan indahnya islam
=============
Suka nonton Filem Assalamu Alaikum Beijing
Mengisahkan
perjalanan cinta si Asma dan kehidupan menulisnya
bagaimana satu cerita didapatkan sampai menjadi tulisan kolom di tabloid
tentang Islam masuk ke China ,
bagi teman teman yang suka traveling pasti suka dengan Filem ini , bisa menjelajahi tempat tempat menarik di China
trus ada tata cara Sholat ummat Islam menghadap Ka’bah .
pertemuan Cong wan dengan Asmara /Asma/Aishama
paling seru bagian akhir >>“Cinta sempurna itu ada, dan tak perlu fisik sempurna untuk bisa memiliki kisah cinta yang sempurna.”…
sampai sampai Suami saya berkaca kaca …
…”Abi nangis?? huaaaa kalah saya …wkwkkw
Paling lucu sepanjang filem adalah peran kocak Laudia C Bella hihi
saya malah penasaran itu semua kisahnya siapa ya ??
penulis imajinasinya tinggi ya..bisa nyambung nyambungin cerita hidup
over all …suka , bagus filemnya
Alhamdulillah. Jzklh ya Nurul. Semoga bermanfaat dan makin banyak yg nonton, menjadi jalan bagi film2 bernuansa Islam lainnya. Sip!
Film Assalamualaikum Beijing bikin flash back dengan sahabat2 tionghoa. Sama seperti pemeran Asma, yg menjelaskan kenapa salaman ga nyentuh tangan.. kalo kata koko “salaman ala bertapa”, hahaha.. Tapi bedanya dengan Asma, koko saya sempet komen “baguslah gue g perlu repot2 cuci tangan krn nyentuh lu!” hahaha.. tapi pada dasarnya baik cici-cici dan koko-koko sahabat saya itu sangat peduli dengan sahabat mereka yg berjilbab ini, hihihi
Serunya nonton film ini krn nontonnya sama mama.. cukup memberikan pewacanaan tentang menikah dgn seorang mualaf.. karena sebenarnya baik mualaf maupun yg Islam dr lahir sama2 dlm proses belajar untuk jadi hamba yang dicintai Allah 🙂
Subhanallah walhamdulillah bermanfaat ya. Semangat! Salam buat keluarga ya Rizky
Insha Allah disampaikan, tante… 🙂
Alhamdulillah, udah nonton. Saya dari awal berita pembuatan filmnya memang ngebet pengen nonton. Kemudian, ketika menonton filmnya pun rasanya imajinasinya ikut kemana-mana. Maksudnya, turut ke setting film yang sangat inspiratif. Saya belum baca novelnya, tapi sekarang jadi termotivasi untuk membaca versi utuhnya. Samangat jihat melalui tulisan!
Assalamuallaikum mba.
Penasaran banget mba aku sama film.nya, pengen segera nonton. semoga terlaksana hehehe 🙂
Waw..kren bnget film.y..ak aj ampe nangis nntn.y…mnyntuh bnget..cinta yg kilat tpi brbuah kbhgiann..
Aku dah nonton filmnya
Hikssd hiksssss terharuuu jd percaya akn cinta suci
Klu dah wktu mau dmn n kpn insyallah bertemu
Suka karakter asma yg tegas n berperinsip
Suka jg karamter sekar punya tmn kyk itu insyallah ga da yg nmnya galau
Heheheheheee
Bundaaaaaaa, film nya bagus banget..
Jarang2 ada film sadutan novel yg jdnyabagus. Dan film ini bagus bgt
Puasssss nontonnya
Film ini luar biasa istimewa dari berbagai segi.. pantaslah bila mendapat nilai 99.9 dari 100. Film yang tak banyak dialog ataupun monolog tapi setiapnya merupakan untaian sarat makna dan hikmah, disamping humor untuk menyegarkan suasana.
Film ini memiliki kesan istimewa bagi saya karena penantian bertahun-tahun terhadap cinta sejati yang tak kunjung datang seringkali membuat diri letih, lelah, jemu, kehabisan energi hingga ada kalanya tak sanggup lagi menanti, menyerah pada ketidakpastian, menyerah pada harapan. Menyerah pada kenyataan bahwa fisik adalah halangan dalam menemukan (apalagi) ditemukan cinta. Sampai membuat saya berkali-kali mengatakan pada diri sendiri “cinta sejati itu omong kosong!” demi membunuh rasa sedih, kecewa, putus asa. Namun setelah menyaksikan film ini, ternyata film ini mampu membuat saya tersenyum, menangis, tertawa hingga bersemangat kembali untuk menanti cinta sejati itu sampai masanya tiba. Menantinya dengan harapan yang kembali terisi.
Dua kalimat yang sangat inspiratif dari film ini bagi saya:
“Cinta sempurna itu ada, dan tak perlu fisik sempurna untuk bisa memiliki kisah cinta yang sempurna.”
“Bila tak kau temukan cinta, biar cinta menemukanmu.”
Selamat kepada mba Asma Nadia, seluruh tokoh yang menginspirasi, seluruh pemain dan Maxima pictures. Saya ucapkan terima kasih dan apresiasi yang tinggi atas sajian sangat bermutu yang dikemas dalam film ASSALAMUALAIKUM BEIJING. Semoga karya luar biasa berikutnya segera meramaikan bioskop Indonesia.
mba Helvy Tiana Rosa, ditunggu ya Mas Gagahnya.. 🙂
*Menyaksikan ASSALAMUALAIKUM BEIJING pada Selasa, 30 Desember 2014 pukul 19:15 WIB di ARION Plaza, Rawamangun Jakarta Timur.
Alhamdulillah kemarin udah nonton filmnya, alur cerita nya bagus serta sarat makna hidup dan cinta…sebuah pesan dakwah yang hikmah…dakwah bilhal…ss
Alhamdulillah kemarin udah nonton filmnya, alur cerita nya bagus serta sarat makna hidup dan cinta…sebuah pesan dakwah yang hikmah…dakwah bilhal…sesuai zamannya…ya cara menyapa hati remaja Indonesia yang seringkali susah diajak mengenal ajaran agamanya..dikala drama-drama yang hanya menampilkan kisah cinta hewaniah..film AB bagaikan oase ditengah kehausan akan suguhan kisah cinta Ilahiah…tidak hanya remaja, orang tua pun diingatkan kembali akan makna cinta Ilahi yang harus membingkai disegala dimensi kehidupan apa pun status dan profesi kita.
Sebuah film yang berkualitas di akhir dan di awal tahun, semoga perfilman Indonesia dapat mengambil bagian yang signifikan dalam menyiapkan generasi bangsa yang “Berkarakter”
sayangnya saya sedang di luar negri, bagaimana dong? padahal pengin nonton
Kapan ya aku buat film sendiri hehe 😀
Terima kasih atas tulisannya Bunda Helvy, banyak informasi yang dapat diserap.
Alhamdulillah saya sudah nobar bersama teman2 di Malang pas pemutaran perdana. Yang saya salut dari strategi pemutaran film ini selain isi ceritanya, adalah timing yang tepat karena pada saat liburan sekolah dan diperankan oleh salah satu artis yang sangat digandrungi oleh banyak remaja saat ini, Morgan Oey.
Saya terpana dengan akting Morgan di film pertamanya ini. Keren banget dan menghayati banget. Apalagi ketika akting proses menjadi mualaf, terharu…
Saya bukan Morgannous, tapi setelah nonton film ini, saya acungkan jempol buat aktingnya. Untuk Reva, Bella, Desta, dan Ibnu, tentunya mereka bagus karena sudan sering main film 🙂
Sukses terus untuk dakwah di dunia penulisan dan perfilman buat semua pejuang2 pena! ALLAHUAKBAR !
mba..itu cara bikin pingback itu gmn ya? maklum nubie..saya cuma bs copas link aja kaya komen dibawah itu
Hehehe, saya pun cuma copy link tulisan bunda Helvy ini dan saya sertakan di akhir tulisan di blog saya, ternyata pingback otomatis 🙂
Maksudnya apa ya? Saya tdk mengerti juga. Ini ngoprek2 sendiri, nggak tahu istilah apapun. Pingback itu apa? Maaf saya juga benar2 baru pakai WP 🙂
Sama bunda Helvy, saya juga ditanyai tentang pingback nggak paham walaupun sudah sejak 2008 pakai wordpress ^_^v
Pingback: 10 of 365: Pleasant Memories from “Assalamualaikum Beijing” | iT'z_DiFfErReNt_bLoG^_^/
mba..tolong intip tulisanku ini ya https://bundanaole.wordpress.com/2015/01/12/assalamualaikum-beijing/
dan tolong sampaikan harapanku padanya hihihi *sok kenal
Reblogged this on Stories in My Bucket and commented:
Aku menjadi penggemar film ini saat ceritanya berhasil membuatku termehek-mehek di bioskop.. heheh
Kisah cinta romantis Islami. Mungkin karena tersentuh dengan Zhongwan kali yah… hehe
Salah satu manfaat yang kudapatkan adalah para pria yang bukan mahramku tidak akan bertanya-tanya lagi kenapa aku selalu menolak bersalaman. Semua itu sudah jelas jawabannya dalam film. Karena aku beragama islam 🙂
hm,, Kita memang harus mendukung film bermutu ^^
Assalamualaikum bunda… kita pernah bertemu di Munas FLP Bali 2013. Aku dari Makassar 🙂
Aku banyak mendapat pelajaran dari film AB tentang bagaimana menjadi muslimah yang tegar, kuat dan berprinsip..
Dan yang buat kompleks tuh karena nonton bersama mama. Setelah selesai nonton, mama langsung bilang “nak, cari suami nanti yang seperti chung2 yah…” 😀 Beraharap kak Morgan bisa mendapat hidayah dan beneran jadi mualaf… aamiin
Assalamu’alaikum,,,,
Alhamdulillah akhirnya kesampaian juga tgl 16 Januari nonton film Assalamu’alaikum Beijing bareng temen.
Setiap episode-nya memvisualisasikan secara detail novelnya. suka dg cara Mbak Asma Nadia menyampaikan nilai2 Islam baik dlm novel maupun filmnya. Semoga dunia perfilman Indonesia semakin lebih baik lg dg hadirnya film2 bekualitas yg Islami lagi mendidik.
No touch, no kiss, no hug..
-Ra-
terkesan sama penilaian Bunda untuk film AB 4.5/5
pernah baca KMGP dulu di Majalah Annida, ceritanya bagus banget
wah jadi penasaran banget sama Film KMGP
can’t wait to see KMGP, smangat Bunda aku mendukungmu^^
Pingback: Budaya Alternatif | Learn then Lead
keren bnget ya cerita ny sya sngt suka sma krya”nx mbk ASMA NADIA dehh…:-)
assalamualaikum wr.wb
saya di sini ingin berperan menjadi zhong wen pria china yg tampan
Film AB ini sangat menginspirasi bagi kami para remaja karena mengajarkan kita untuk selalu sabar dan teguh dalam menjalani setiap butiran kehidupan.
#Difa
Karakterorangnya cukup kuat dalam cerita ini, memang luar biasa deh Mbak Asma, salut dengan kary2nya! Penjelasan mbak dalam mendeskripsikan film a juga bagus banget buat orang penasaran untuk menontonnya!