Buku apakah yang sangat berpengaruh dalam kehidupan saya?
Saya rasa cukup banyak. Tapi kalau boleh hanya menyebutkan 3, saya akan sebut: Javid Nama (Muhammad Iqbal), Apa Tugas Sastrawan sebagai Khalifatullah (A. Hasjmy) dan Totto Chan (Tetsuko Kuroyanagi). Ketiganya saya baca saat saya duduk di bangku SMP.
Kenapa buku tersebut berpengaruh bagi saya?
Buku-buku itu bagus. Buku yang bagus tak akan pernah bisa kita lupakan meski kita membacanya hanya sekali. Secara sadar saya membaca ketiga buku di atas lebih dari sekali, terutama Javid Nama, mungkin ada hampir 10 kali. Kenapa berpengaruh? Karena ketiga buku tersebut menyampaikan hal-hal yang mencerahkan saya dan membuat saya ”bergerak” secara dahsyat. Bagi saya, buku yang baik adalah buku yang bisa membuat kita bergerak.. Nah setelah membaca ketiga buku tersebut, saya langsung ”bergerak”.
Javid Nama mendorong saya untuk turut menjadi Zinda Rud si ”Sungai Kehidupan” (tokoh utama Javid Nama) yang terus belajar tanpa kenal ruang dan waktu, dimulai dari mencari hakikat diri sebagai hamba Illahi. Sebagaimana Zinda Rud, tiba-tiba saya bisa bertemu dan berdialog mengenai apa saja, dengan tokoh-tokoh yang saya kagumi maupun yang tak saya suka. Saya berdialog dengan Khansa atau Jalaludin Rumi tentang apa yang saya tulis. Saya juga berdebat dengan Dante mengenai La Divina Comedia-nya. Seru juga….Buku Javid Nama mendorong saya untuk berjuang menjadi salah satu yang paling hamba di muka bumi ini.
Apa Tugas sastrawan sebagai Khalifah Allah membuat saya ingin menjadi seorang sastrawan yang bisa menanam setitik berlian di batin pembaca, paling tidak menyumbangkan sepercik kilau dari jalinan demi jalinan kata yang mungkin saya susun. Membaca buku ini saya sadar, bahwa sebagai sastrawan, kita tak boleh ”mati”, saat karya itu ”hidup” dan menjadi milik publik. Sastrawan harus bisa bertanggung jawab terhadap apa yang ia tulis, baik di dunia, maupun akhirat. Sastrawan juga tidak selalu identik dengan segala yang ”amburadul” dan ”tak karuan”, sebab sastrawan bila mau mampu menjadi teladan bagi masyarakat. Nah, sejak membaca buku Ali Hasjmy itu, sebelum menulis saya selalu berpikir, apakah tulisan saya ini akan membuat Tuhan tersenyum? Apakah bisa mencerahkan, atau malah ambil bagian dalam membuat bobrok masyarakat sekitar saya?
Buku Totto Chan membuat saya ingin menjadi guru yang menyenangkan, guru yang bisa mengajak murid-muridnya belajar sambil bermain, sebagaimana Kepala Sekolah Tomoe Gakuen, Mr. Kobayashi. Bayangkan, tiga bulan sesudah membaca buku Totto Chan saya mulai mengajar anak-anak gelandangan di dalam gerbong kereta api di daerah kumuh Gunung Sahari. Mereka bahagia sekali saya ajarkan membaca, menulis dan berhitung sambil bermain, dengan gratis. Walau beberapa kali ”dijegat” preman daerah itu, saya masih mengajar di sana hingga saya kuliah. Saya baru berhenti ketika tempat tinggal mereka di sekitar gerbong-gerbong kereta tak terpakai itu, digusur. Sedih sekali kehilangan mereka secara mendadak waktu itu….
O ya, saya juga ingat sekali beberapa “quote” buku tersebut 🙂
Apakah kau mati, hidup atau sedang sekarat? Ujilah keadaanmu dengan tiga patokan ini: Pertama, kesadaranmu sendiri. Lihatlah dirimu dengan cahaya yang ada padamu sendiri. Kedua, pandangan orang lain. Lihat dirimu di bawah sorotan cahaya orang lain. Ketiga, pandangan zat yang haq. Maka lihat dirimu di bawah sorotan cahaya Tuhan…. Wujud berarti mencapai tujuan dan martabat tertinggi, dan hidup ialah menyaksikan hakikat Illahi tanpa hijab (Javid Nama).
Kita lebih tahu daripada Tuhan tentang pengalaman mati (Javid Nama)
Mr. Kobayashi berpendapat, semua murid di Tomoe akan bisa menjadi guru yang baik, karena mereka pasti ingat bagaimana asyiknya menjadi anak-anak (Totto Chan)
Karya sastra sebenarnya menggambarkan suatu keadaan masyarakat, bahkan yang terutama, melukiskan jiwa dan pribadi sastrawan pencipta karya itu sendiri. Dengan membaca karya sastra seorang sastrawan yang menciptanya, kita akan mudah mengenal siapa sastrawan tersebut (Apa Tugas Sastrawan sebagai Khalifah Allah).
Lain kali saya akan ceritakan lagi tentang buku-buku lain yang mengesankan dan mungkin berpengaruh buat saya.
(Helvy Tiana Rosa)