10 PUISI HELVY TIANA ROSA TENTANG JATUH CINTA

WhatsApp Image 2020-07-05 at 22.37.01

CINTAMU PADAKU

Cintamu padaku
adalah kerinduan waktu
memeluk bisu di batu-batu
saat gerimis jatuh

Cintamu padaku
adalah ketabahan matahari
tatkala menumbuhkan mawar
di nadi sunyi

Cintamu padaku
adalah keindahan purnama
kala meneteskan cahaya
pada lara

Cinta tanpa musim itu
memberi nafas dan sayap
pada beribu puisi abadi
tentang kita
Pernahkah kusampaikan padamu?

(Cipayung, 28 Januari 2004)

LELAKI PALING BIASA DI BUMI

Kata mereka, kau lelaki paling biasa di bumi,
tapi mengapa pagi
selalu terbit dari matamu?

Kata mereka, kau lelaki paling biasa di bumi,
tapi mengapa ketenangan
selalu berumah diwajahmu?

Kata mereka, kau lelaki paling biasa di bumi,
tapi mengapa hidup yang paling surga
adalah saat bersamamu?

(Depok, 1995)

SEJAK SAJAK

(Cinta selalu bekerja dengan cara rahasia
ketika saatnya tiba ia kirimkan padamu
getar tanpa sapa dan binar tanpa rencana)

Sejak bertemu denganmu
tak ada yang lebih biru dari waktu
Ia melipat pagi dan senja
jadi satu dalam sakuku
tanpa kompromi

Sejak bertemu denganmu
tak ada yang lebih jejak dari sajak
ia lahir dan beranak pinak
dari tiap kata, gerak,
bahkan diammu

Sejak kita bertemu
pancaran matamu adalah
syair ribuan hari
yang menyihir airmata
jadi kuntum kuntum asa
tubuh kita menjelma
rumah rumah pasi
di dada jalan
setia menampung sejarah,
kenangan atas perjumpaan
dan perpisahan berkali kali.

Sejak bertemu denganmu
Sejak sajak, sejak kita

(Depok, 2012)

BERSAMAMU

aku ingin pergi bersamamu
ke tempat di mana bukit dan sepi
adalah puisi
ke tempat di mana laut biru dan pilu
adalah lagu
di mana mimpi dan ilusi paling bunga
menemukan jejaknya
di tubuh kita

lalu kita pun begitu dekat dan nyata
hingga hembusan napasku
menjelma desah rindumu

( Depok, 18 Juli, 2018)

CINTA ADALAH DETAK WAKTU

(1)

Cinta tak akan memberimu
Sisa sisa waktu
Cinta adalah
detak waktu

(2)
Cinta senantiasa alpa
meminta
Ia hanya terus memberi,
terus menjaga
meski dalam rindu
yang paling gelisah
Cinta membuatmu siaga
dan kuat menyerap luka

(3)
Ketika kita saling menemukan,
aku tahu aku tak akan bisa
mencintaimu dengan biasa
Aku tak akan pernah mampu
mencintaimu dengan sederhana

(Depok, 2016)

PELUKANMU ADALAH TAMAN KUPUKUPUKU

Pelukanmu adalah senja
yang merengkuhku lembut dan manja.
Pelukanmu adalah taman kupukupuku
yang luruhkan keluh dan pilu.
Pelukanmu adalah rumah terindah
tempat aku ingin menetap selamanya

Pelukanmu adalah senja,
adalah taman kupukupu,
adalah rumah,
yang selalu retak, pecah
dan membiru
di deras rinduku.

( 20 Agustus 2018)

PADA MATA KITA

Pada mata kita yang lelah,
puisi puisi berlabuh,
meninggalkan jejak
rasa gemuruh
Aku kau bermimpi
tentang chairil yang
memeluk penuh seluruh,
tak rela membiarkannya
luruh

mungkin memang tak akan ada
waktu lagi
maka setiap saatku adalah masa
untuk mencintai,
dan memastikan kau tahu.

(Depok, 2015)

KEPADAMU

ketika bahasa tak lagi percaya pada kata
apakah yang masih bisa kita ucap?
cinta
ketika wajahmu tak lagi menampakkan
kening, mata, hidung dan mulut
apakah yang masih bisa kukecup?
doa

(Kemayoran, 1987)

SEBUAH PELUKAN UNTUK SELAMANYA

Beberapakali aku menemukan mimpiku sendiri
terjerembab di depan pintu, kuyup oleh hujan.
Seperti pakaian kotor berulangkali kucuci
dan kujemur di halaman luas.
Pada saat saat seperti itu aku ingat
wajah dan matamu saat bicara;
selalu teduh dan meneguhkan

Kau ingat, katamu: hidup hanya sebentar,
tapi bagaimana agar tak sekadar,
agar yang sejenak itu bisa gores makna
pahat ada kita di hadapanNya.
Katamu: hidup adalah pilihan
untuk bertindak di jalan cinta

Bolehkah kugenggam bayangmu
kala menapak cita dan asa?
Bolehkan sekadar kupinjam punggungmu
untuk menulis puisi puisi liris
yang tak henti menangis?
Dimanapun kau berada,
bolehkah kuhirup aroma ketulusanmu senantiasa?

Kulihat lagi kelebat bayangmu, gagah di beranda
Diam, tak menatap, tak memeluk
seperti yang selalu dilakukan pemeran utama pria
di film-film Hollywood, kepada pemeran utama wanita,
kala mereka harus berpisah dengan atau tanpa rencana.

“Sebab tak ada pelukan yang lebih erat dari doa,”
katamu pada pertemuan terakhir kita.
“Maukah kupeluk kau selalu,
selamanya dengan cara itu?”

(Depok, Januari 2012)

JAUH

Jauh darimu membuatku
memiliki kekuatan baru;
menciptakan bayang wajahmu
kapan pun itu,

memindahkan kenangan pada
helai-helai daun, embun pagi,
senja, kelebat angin, dan cahaya bulan,
menorehkan kalimat-kalimat pucat
bertabur rindu dan asa di udara,
serta membangun doa-doa
paling menara

(Rawamangun, 2013)

Leave a comment

Filed under Karya, Lainlain, Puisi

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s