Rencana Allah untuk Saya dan Asma Nadia

Persamaan saya dan Asma Nadia banyak. Kami gila baca, gemar menulis, nonton, dan sangat menyukai kesenian. Sejak kecil kami aktif di teater, pramuka, dan bela diri.

Perbedaan yang mencolok: saya lebih slebor, Asma rajin dan disiplin. Saya cenderung melawan, Asma patuh. Saya tomboy, “berandal”, Asma alim, feminin.

Asma sering dipuji guru matematika, saya kerap berakhir disetrap di depan kelas karena selalu menulis puisi pada jam pelajaran matematika. Salah satu guru bahkan bersumpah bahwa saya tidak akan pernah sukses, sebab bodoh dalam matematika. Ketika Asma dapat nilai 10, saya langganan angka balita🤣.
Segala jenis hukuman pernah saya cecap: berlari mengitari lapangan, mengangkat sebelah kaki sambil memegang dua kuping di depan kelas, dipukul dengan penggaris dan penghapus papan tulis, ditimpuk kapur berkali-kali, dibentak di depan semua siswa termasuk orang yang saya taksir 🤣😂.

Tapi Allah punya rencana lain. Adik saya sakit-sakitan. Meski sangat cerdas dan dapat undangan masuk IPB, Asma tak bisa lanjut kuliah. Saya sedih bukan main. Asma lebih pintar dari saya dalam akademik tapi ia harus bolak balik ke rumah sakit.

“Ya sudah, jadi penulis saja! Sini Kakak ajarin!” Kata saya. “Kalau terus nulis kamu bakal terkenal. Nanti diundang kemana-mana, ceramah di depan mahasiswa, doktor dan profesor!”

Saya pun membaca menulis sebaik dan sebanyak mungkin agar bisa jadi teladan baginya

Begitulah, singkat cerita saya lulus dari Fakultas Sastra UI hanya dengan IPK 2,75. Lulus S2 Fakultas Ilmu Budaya UI dengan IPK 3,53. Lulus S3 dengan IPK 3,93. Keluarga besar bahagia. Asma senang, bangga bukan kepalang.

Ya, kesuksesan beragam bentuknya. Meski tidak sarjana, Asma sangat sukses dengan buku-buku, film, usaha penerbitan, dan pengalaman internasionalnya di 70 negara. Kecerdasan boleh diadu karena wawasan Asma sangat luas.

Tahun 2020 nama kami berdua masuk (kembali) dalam daftar 500 Tokoh Muslim Paling Berpengaruh di Dunia versi Royal Islamic Strategic Studies Centre, Jordan. Senang bisa menatap binar indah di mata orangtua kami yang tak lagi awas.

Allah selalu punya rencana indah bagi hambaNya. Tugas kita menemukan potensi diri, terus berusaha dan berdoa. Jalan menuju sukses tidak selalu sama, tidak pernah cuma satu.

Leave a comment

Filed under Jurnal, Kabar, Lainlain, Sketsa

Leave a comment