Tag Archives: puisi palestina

MENCARI KATA PALING BIADAB DALAM KAMUS BAHASA (MANUSIA)

Ia dan para kroconya adalah segerombolan
manusia pertama sepanjang sejarah
yang melakukan genosida dalam siaran-siaran langsung,
tapi lantang memproklamirkan diri mereka sebagai korban

Fir’aun, Hittler, Milosevic menitis di sumsum tubuhnya
Kebiadaban lelaki itu telah mengubah
wajah sejarah, peradaban, juga bahasa
Ialah yang merapal mantra para zombi
Pada mulutnya desis jutaan bisa ular.

Penjajahan 76 tahun, ia bilang konflik atau perang
Pembantaian tak terhingga ia sebut bela diri
Pembantaian dilakukan secara pengecut dari jarak jauh,
menggunakan kecerdasan buatan, terasa bagai bermain,
sedang para tentaranya terkaing-kaing setiap kali masuk ke Gaza

Gelombang pengungsian berulangkali tanpa tujuan,
dalihnya pindahkan warga ke zona aman
Ia jadikan kelaparan dan kehausan sebagai pembunuh senyap,
Ia tembaki dan rampas truk-truk bala bantuan

Ia kirim mortir dan fosfor putih, tapi ia klaim dirinya
sebagai sang welas asih dari bangsa terpilih
Tiap lelaki, wanita, ragam usia, bahkan bayi-bayi
ia tuding sebagai teroris
Protes dunia atas nama kemanusiaan tanpa limit,
ia sebut anti semit!

Kita pun tersentak akan puluhan tahun yang kita habiskan
untuk menyaksikan dan mengamini propaganda mereka,
di program-program berita, layar kaca, bioskop,
panggung-panggung pertunjukkan,
hingga restoran, kafe, dan rak-rak belanja
seakan mereka yang didukung pemerintah adidaya
adalah kebenaran tak tercela.

Kini batinku penuh oleh 335 peluru yang mereka tembakkan
ke tubuh Hind Rajab, bocah Gaza usia 6 tahun,
hingga kematian lebih dari 180.000 warga Palestina,
seperti laporan jurnal-jurnal terkemuka dunia.

Setelah ini semua, apa lagi yang bisa diucapkan
oleh kamus bahasa manusia
Genosida di luar nalar di luar imaji,
tak sanggup diucap puisi,
diragukan bahkan oleh fiksi,
Kata-kata di kamus berlumuran duka,
mengalirkan nanah, menggelepar, bergelimpangan,
dan meledak di keheningan kepala kita.
Sisanya diculik, disandera penjajah narasi abad ini.

Di parlemen para srigala riuh melolong bertepuk tangan.
Di Gaza, anjing-anjing liar terus menggonggong, memburu,
mencabik-cabik bahasa, wanita tua, hingga anak down syndrome
Di internet, derita kemanusiaan dipilah tanpa nuansa,
dibekukan oleh algoritma

Dan aku masih tergeragap, tertampar, tertatih,
terus menggali, mencari bahasa, kata-kata
yang tertimbun di bawah reruntuhan kalbu dunia,
dan lautan tubuh syuhada Palestina

: Denyut asa yang harus terus menjulang,
melampaui puing-puing gaza

( Helvy Tiana Rosa, Jakarta, 27 Juli 2024)

Leave a comment

Filed under Lainlain, Puisi