Aku mencintaimu sejak waktu, sejak bumi, sejak sukma, sejak bayi
Aku mencintaimu sampai laut, sampai langit, sampai darah, sampai mati
Setiap hari kucatat dan kupotret kau dalam batin
Kau menempel di buku-buku, di televisi, di gedung-gedung dan panggung pertunjukan,
juga pada angin dan debu pada napasku
Aku berjalan tersaruk mengendusi semua jejak yang kau tinggalkan
seperti pemburu yang saru
Panggil aku cinta
Bukan, aku bukan wanita khayalanmu
Aku yang mendambamu hingga ke paling lembah
Apakah kau percaya pada ada dan tiada?
Sebab aku mungkin ada, sebab aku mungkin hanya tiada
Sepotong diam yang tak henti mencinta
hingga penghujung senja
Kemayoran, 1988
Helvy Tiana Rosa
Pingback: ANALISIS PUISI CINTA KARYA HELVY TIANA ROSA – Dwi Utari blog
Pingback: Analisis Puisi Cinta Karya Helvy Tiana Rosa – Dwi Utari blog