YANG PUISI
(1)
Aku menulis puisi
sebab puisi paling fasih mengucap sepi,
paling kilau menerjemahkan perih
dan sempurna menggemakan cinta
(2)
- yang berlarian dalam benak
- yang menggumpal dalam imaji
- yang menghunjam jantung asa
- yang didera deras nestapa
- yang terselubung doadoa
- jadilah!
Jadilah kalian puisi!
(Depok, 2014)
AKHIR YANG ROMANTIS
Kematian adalah rindu
yang tak pernah keliru mencumbu
kekasih yang paling tepat waktu
(2011)
TANAH AIRKU PUISI
Aku telah memilih puisi
sebagai tanah air
tempat segala peristiwa
berbaris sebagai diksi
tempat ragam masalah
gemakan rimarima
Aku telah memilih puisi
sebagai tanah air
tempat menanam rindu
serta luka paling raya
tempat mengabadikan keindahan
dan ketidakpastian
Aku telah memilih puisi
sebagai tanah air
tempat mata batin setia menyala
sampai ke relungmu
( Depok, 2 April 2013)
DENTING PUISI
Lelaki itu duduk
di bawah pohon
yang tak kenal nama nama
musim dan usia
Jutaan nada merayap,
mengendap endap
di antara buncahan rasa
yang menyergap tubuhnya
Sebentar lagi
rintik rindu singgah, tumbuh,
menggelepar atau mungkin
mati,
tapi gitarnya tak akan
selesai berdenting
di depan wajah puisi
yang berkibar begitu pasi
dan sendiri
(Jakarta, 18 Februari 2018)
GADIS KECIL DARI TEPI REL KERETA API
Aku gadis kecil
dari tepi rel kereta api
Orang bilang aku tak punya,
tapi aku kaya dengan membaca
Kutumbuhkan mimpi mimpi
dari dongeng dan doa ibu
Jelajahi jakarta berbekal
sebungkus kisah dan puisi
menulis itu berbagi
menulis itu berarti
dan membuat kita abadi
Buku buku pun tak lelah
menghapus airmataku,
membuka halamannya sendiri,
menjelma peta ke masa depan
menulis memahat peradaban
Aku gadis kecil
dari tepi rel kereta api
orang bilang aku tak akan bisa
sampai mereka baca namaku
di sana, dimana mana
( Jakarta, 1982 )
DONGENG PUISI
Kau bertanya padaku
tentang darimana puisi berasal
Tetiba kubuat dongeng baru
tentang katakata yang lahir
dari airmata yang tersesat,
hingga tak pernah menetes di pipi
Ia mengapung di batin penyair
yang terluka,
lalu diamdiam menjelma hujan
nada di berandamu
(Lombok, 13 Juli 2015)
BAIT SUNYI
Aku ingin berhenti menulis
tentangmu,
tapi puisi menantangku berkelahi
Ia memahatmu bersama rindu
paling perih,
di baitbait yang tak henti
meneteskan sunyi
(Depok, 2016)
MATA KETIGA CINTA
Apakah dua mataku
yang kau larung dalam malam?
lalu hari-hari pun terbenam
dalam secangkir kopi tanpa gula
daun-daun jatuh di luar jendela
dan sunyi menyanyikan lagi
lagu gergaji
dengan masih terpejam
hanya dengan mata ketiga cinta
- kulihat sebuah wajah di jantungmu
- Dia yang kau bilang tak bernama
(Cipayung, 2004)
KONSER KESUNYIAN
Hujan yang semalam
menyayat-nyayat mataku
meninggalkan genangan di hati
yang terus menerus gigil
sendiri
Senja keseribu masuk hingga kuduk
- tapi bahkan tak ada satu ketuk pun
- di jendela muram itu
- Sebuah konser kesunyian
yang terlalu sempurna.
(November 1988)
SKETSA
meranggas darahku meranggas
dan bumi kering, langit pias
laut kita mati
:tandus berkarib sunyi
semesta gering mengantarku
kembali padamu
menyelusup pada sejuk alir darah,
denyut nadi,
pada curahan keringatmu
:tapi laut kita sudah mati
(Kemayoran, 1987)
I like poetry so much…and i love helvy’s poem….
Puisinya bikin hati meleleh…seakan kita adalah tokoh dalam puisi tsb
Terimakasih apresiasinya ya 🙂