

Sejak 2003 hingga 2015 ada sekitar 7 pemuda yang saya dapatkan cocok menjadi tokoh Mas Gagah. Selama 12 tahun itu sekitar 2000 orang pernah mengikuti casting sebagai Mas Gagah.
klik selanjutnya
Film KETIKA MAS GAGAH PERGI (KMGP The Movie) yang diangkat dari novellet legendaris karya Helvy Tiana Rosa telah melewati 80 % proses shooting di Jakarta dan Ternate, sejak Oktober 2015. Film yang disutradarai Firmansyah ini akan merilis official poster sekaligus mengampanyekan gerakan Sedekah Tiket di kalangan masyarakat luas. Acara ini akan diadakan Jum’at, 6 November 2015, usai maghrib pukul 18.00 – 19.00 wib di Cafe Jet Ski, Pantai Mutiara.
klik selanjutnya
Filed under Lainlain
Kok bisa? Kok ada orang yang mau membantu saya sedemikian? Wira wiri ke sana kemari repot sendiri, mempertemukan saya dengan berbagai pihak yang mungkin bisa menjadi investor dan sponsor film Ketika Mas Gagah Pergi? Keluar ongkos sendiri dari mulai taksi hingga pesawat terbang. Waktu, tenaga, uang ia korbankan, padahal kami belum lama kenal. Mengapa?
“Itu karena KMGP cerita yang sangat menginspirasi dan menggugah saya,”kata Livi haru. “Saya membacanya saat kuliah dulu. Sudah lama sekali tapi selalu ingat ceritanya.”
klik selanjutnya
(Silfy Amelia Achtar, Finalis Lomba Menulis Pengalaman ‘Aku dan Kisah Ketika Mas Gagah Pergi’)

Rabu, 13 Juni 2012
Masih hangat.
Harumnya sedikit tertinggal.
Paras cerah dengan senyum hening.
Ya, itu air mata. Menitik di sudut matanya.
…
Selamat tinggal, Mas Gagahku.
Semi
“Hidup kamu tuh benar-benar seperti fairy tale ya, Mel.” Siang itu Miss Suci memulai percakapan dengan kalimat yang mau tidak mau membuatku memalingkan pandanganku dari monitor laptopku. Kami berdua harus mengumpulkan naskah soal Ujian Semester Ganjil sebelum pukul empat sore.
“Fairy tale bagaimana maksudnya, Miss?” tanyaku dengan dahi mengernyit.
klik selanjutnya
(Irfan Fauzi, Finalis Lomba Menulis Pengalaman ‘Aku dan Kisah Ketika Mas Gagah Pergi’)
Mas, ada kajian ilmu aqidah, ustadznya lumayan bagus. Malem ini habis isya. Ikut ya.
Sore jam tiga lebih kubuka SMS. Teman baruku penjual minyak wangi. Aku abaikan pesan itu. Ah malas, lagi pula nanti malam ada acara bakar-bakaran ikan. Lebih asyik, lebih seru. Aku membatin.
Hidupku biasa saja. Mirip kebanyakan orang. Bergaul, ngobrol, jalan-jalan. Kadang juga ikut pengajian, cuma buat variasi kegiatan saja sebenarnya. Namun hari-hari ini mengaji sedikit menyedot perhatian. Awalnya, aku hanya ikut ngaji di mushala, atau kalau ada hari besar Islam. Itu juga sambil nyambi pasang tampang, barangkali ada cewek ngelirik.
“Kalau ngaji ya baiknya rutin, Mas. Biar ilmunya tetep keinget,” kata teman baruku itu, namanya Ilham, aku manggilnya Kang Ilham karena ia lebih dewasa dua tahun dariku, usianya 24 tahun.
“Ya sih, Kang, tapi males. Paling-paling ngebahas, sholat, wudhu, puasa. Itu mah aku udah hafal.” kataku agak santai, sekedar jawab.