
Aksi 2 Desember 2016, yang dikenal dengan nama Aksi 212, adalah peristiwa luar biasa yang telah menjadi bagian dari tonggak sejarah umat Islam di Indonesia. Pada hari itu jutaan umat memenuhi kawasan Monumen Nasional dan sekitarnya, menyatakan sikap dan kecintaan mereka kepada Allah dan Al Quran.
Peristiwa menggetarkan ini diangkat oleh rumah produksi Warna Pictures lewat film berjudul : “212, The Power of Love” yang diproduseri dan disutradarai Jastis Arimba, yang selama ini lebih dikenal luas dalam karya film dokumenter. Selain Jastis Arimba, sebagai Produser terdapat nama Oki Setiana Dewi, Imam Saptono, dan Co Produser Ustadz Erick Yusuf. Skenario ditulis oleh Ali Eounia, Jastis Arimba dan disupervisi oleh sastrawan terkemuka Helvy Tiana Rosa. Ceritanya sendiri mengadaptasi kisah nyata perjalanan seseorang yang awalnya skeptis terhadap Islam namun harus terjebak dalam sebuah perjalanan menuju aksi 212 di Monas.

Sewaktu kecil saya sering bermimpi menjadi penulis dan guru, juga mimpi bisa keliling dunia. Alhamdulillah melalui jalan berliku, Allah wujudkan jua. Tapi saya tidak pernah bermimpi memiliki sebuah keluarga besar baru yang begitu spesial, dan Allah memberi saya kejutan itu! Sebuah keluarga baru bernama Helviers. Ini adalah sekumpulan pembaca setia saya, lintas usia, lintas pendidikan, budaya dan wilayah.
Pertama bertemu Masaji Wijayanto, saya tidak yakin ia bisa memerankan tokoh Yudhistira Arifin (Yudi) dalam film Ketika Mas Gagah Pergi, sebagaimana yang saya bayangkan. Bintang iklan yang pernah menjadi Juara Pertama Cover Boy sebuah majalah ini masih sangat belia, kelahiran Lampung, 1997. Tapi Aji rendah hati dan mau belajar. Selama 3 bulan karantina sebagai aktor baru, ia berusaha keras untuk selalu profesional. Bukan hanya belajar akting, public speaking hingga taekwondo, tapi juga mengaji, lebih mendalami Islam. Sebagai pendatang baru Aji punya karakter. Ia santai, cuek, apa adanya dan tidak pernah jaim. Ia lucu, ramah dan bersahabat, juga santun. Para penggemar mulai menjuluki penggemar masakan Indonesia ini sebagai “the smiling face” atau yang lebih dahsyat: “Mas Fisabilillah”, dan saya mengaminkannya.
Bismillahirrahmanirrahim. Menitik airmata saya karena haru ketika KMGP sudah keluar jadwal tayang di XXI. Bagi saya ini bukan sekadar tontonan. KMGP adalah dakwah nyata di dunia yg bergetah.