MATA YANG BERNYANYI
- Bulan pasi
- Kuseduh kepedihan dari dua cangkir kopi
- Lalu matamu bernyanyi di mataku, Badi’,
- “Dan kematian hanyalah jalan menuju keabadian.”
(Depok, 2015)
MATA YANG BERNYANYI
(Depok, 2015)
KEUMALAHAYATI
Aku perempuan badai
tubuhku adalah senjata
laut merah biru
yang memburumu
Aku perempuan badai
tentara terbaik Mahad Baitul Maqdis,
komandan utama pasukan istana
suamiku mati, anak-anakku terbunuh,
tapi air mataku cuma sunyi
Maka seratus kapal lepas dari rahimku
berlayar membawa seribu janda
seribu gadis pemberani.
jiwa-jiwa merah sagaku bertarung
ditempat paling karib itu; samudra
SAJAK FEBRUARI
1
cinta adalah rasa
yang kuucap dalam setiap desah
dan cuaca
tak sampai-sampai getarnya padamu
Musim musim kami adalah kengerian
resah yang berdarah
nyeri yang tanpa henti
menerkam mata dan jiwa
rumahrumah dan tubuh
menjelma ladang perburuan
ketika menjadi muslim adalah satu-satunya
kesalahan kami
Continue reading
Saya tulis kekaguman saya pada Ibunda Khoiriyah Hasyim secara mendadak, saat saya diminta tampil baca puisi di Malam Kebudayaan Pesantren di Yogyakarta, 10 Oktober 2018 lalu.
KEPADA KIAI PUTRI
(Helvy Tiana Rosa)
Apa yang harus kukisahkan tentangmu, Khoiriyah?
Jejakmu begitu dalam, menyala di tanah ini
dan aroma namamu adalah kesturi
tumbuhnya pesantren di berbagai penjuru negeri
Apa yang harus kukisahkan tentangmu, Khoiriyah?
Putri yang merekah mawar dari tangan Hadratus Syaikh
Ia ajari engkau segala dengan cinta
Aqidah, ilmu, ahlak adalah cahaya yang merona di pipimu
ketika suatu hari Kiai Maksum Ali datang meminang
di usiamu yang ke 13
Apa yang harus kukisahkan tentangmu, Khoiriyah?
Perempuan pendobrak kejumudan kami
yang tegar ditinggal suami selamanya, saat usiamu 27 tahun
Dan saat kau menikah lagi dengan Kiai Muhaimin
kau kembali ditinggal ke keabadian di usia 40 tahun
Tapi tak ada yang pernah menyurutkan langkahmu menebar maslahat
juga saat satu persatu dari sembilan buah hatimu
dipanggil ke haribaanNya
Ujian apa yang tak bisa kau lalui Khairiyah?
Pondok-pondok itu merindukan nyai sejatinya
Penjajah gentar pada ketegasanmu di sabilillah
Feminisme? Hanya wacana sekadar, tapi bagimu perempuan sejati
adalah yang paling teguh di jalanNya